Penyembuhan Lebih Lambat pada Rambut Merah: Kaitan Genetik dengan Pemulihan Luka

17

Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa variasi genetik yang terkait dengan rambut merah dapat memperlambat penyembuhan luka, meskipun efeknya mungkin kecil dan dapat diobati. Para peneliti telah menemukan hubungan antara gen MC1R, yang menentukan warna rambut, dan kecepatan penutupan luka. Temuan ini dapat menghasilkan pengobatan yang lebih baik untuk luka kronis, bahkan pada individu dengan rambut merah.

Hubungan Genetik

Warna rambut kita sebagian besar ditentukan oleh gen MC1R, yang mengontrol keseimbangan antara pigmen coklat tua dan merah-kuning di folikel rambut. Orang dengan rambut coklat atau hitam biasanya membawa bentuk aktif gen ini. Sebaliknya, hampir semua gadis berambut merah memiliki bentuk yang kurang aktif atau tidak aktif sama sekali karena mutasi genetik. Protein yang sama yang dikodekan oleh MC1R juga berperan dalam peradangan kulit, sehingga mendorong para ilmuwan untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap penyembuhan luka.

Penelitian pada Tikus Mengungkap Perbedaan Penyembuhan

Untuk mengeksplorasi hubungan tersebut, para peneliti di Universitas Edinburgh melakukan penelitian pada tikus berambut hitam dan merah. Tikus berambut merah memiliki bentuk protein MC1R yang sepenuhnya tidak aktif. Setelah membuat luka standar di punggung kedua kelompok, mereka mengamati bahwa luka pada tikus berambut merah menyusut hanya 73% setelah satu minggu, dibandingkan dengan 93% pada tikus berambut hitam. Hal ini menunjukkan bahwa protein MC1R aktif mempercepat penutupan luka.

Potensi Pengobatan Luka Kronis

Tim kemudian menguji obat topikal eksperimental yang dirancang untuk meningkatkan aktivitas bentuk MC1R aktif. Ketika diterapkan pada luka pada tikus berambut hitam, obat tersebut meningkatkan penutupan luka lebih dari dua kali lipat dibandingkan luka yang tidak diobati. Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah sel kekebalan inflamasi, yang dapat menghambat penyembuhan penyakit kronis seperti diabetes.

Implikasinya bagi Manusia

Karena penyembuhan luka serupa antara tikus dan manusia, pendekatan ini menjanjikan untuk mengobati manusia, bahkan orang berambut merah. Namun, mereka yang memiliki bentuk MC1R yang sepenuhnya tidak aktif mungkin tidak mendapatkan manfaat dari obat tersebut. Untungnya, sebagian besar gadis berambut merah memiliki aktivitas protein pada tingkat tertentu, menjadikannya kandidat potensial untuk pengobatan.

Keamanan dan Uji Coba di Masa Depan

Obat yang menargetkan protein ini sudah digunakan untuk kondisi seperti protoporfiria eritropoietik, sehingga menunjukkan profil keamanan yang dapat diterima. Tim berencana untuk segera memulai uji coba pada manusia, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi keamanan dan efektivitas, terutama pada luka yang terinfeksi. Beberapa ahli memperingatkan bahwa obat tersebut dapat mengganggu respons tubuh terhadap infeksi, meskipun ada juga yang berpendapat bahwa obat tersebut dapat menimbulkan efek sebaliknya.

Efek Kecil untuk Rambut Merah

Terlepas dari temuan tersebut, para peneliti menekankan bahwa orang berambut merah tidak perlu terlalu khawatir. Efek MC1R pada penyembuhan luka kemungkinan kecil, dan sebagian besar orang mungkin tidak menyadari adanya sedikit penundaan. Namun, penemuan ini dapat menghasilkan pengobatan yang lebih efektif untuk luka kronis dan memberikan manfaat bagi semua warna rambut