RNA Kuno Mengungkap Rahasia Mammoth Berbulu yang Punah

20
RNA Kuno Mengungkap Rahasia Mammoth Berbulu yang Punah

Para peneliti telah mencapai terobosan dalam paleogenomik: berhasil mengekstraksi dan mengurutkan molekul RNA dari mamut berbulu berusia 40.000 tahun yang diawetkan di lapisan es Siberia. Ini menandai RNA tertua yang pernah ditemukan, menawarkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai biologi spesies yang punah dan menantang asumsi sebelumnya tentang kerapuhan molekul.

Menulis Ulang Paleogenomik

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mengandalkan analisis DNA untuk merekonstruksi genom hewan punah seperti mamut. Namun, DNA hanya memberikan cetak biru statis. RNA, molekul yang menunjukkan gen yang mana secara aktif “diaktifkan”, masih sulit dipahami karena degradasinya yang cepat setelah kematian. Studi ini menunjukkan bahwa RNA dapat bertahan selama puluhan ribu tahun dalam kondisi yang tepat, membuka batas baru dalam paleogenomik.

Membuka Momen Terakhir Mammoth

Penelitian yang dipublikasikan di Cell ini berfokus pada jaringan otot “Yuka” yang sangat terpelihara dengan baik, seekor mamut muda yang diyakini telah diserang oleh singa gua sesaat sebelum kematiannya. Dengan mengurutkan RNA yang ada pada sisa-sisa ini, para ilmuwan mengidentifikasi gen aktif yang berkaitan dengan kontraksi otot, regulasi metabolisme, dan respons stres. Hal ini memberikan gambaran tentang keadaan fisiologis mamut di jam-jam terakhirnya, suatu tingkat detail yang tidak mungkin diperoleh hanya dari DNA saja.

Melampaui Gen Pengkode Protein

Tim tidak hanya menemukan RNA yang mengkode protein. Mereka juga mendeteksi microRNA – molekul RNA kecil non-coding yang mengatur aktivitas gen. MicroRNA ini adalah kunci untuk memastikan asal usul sampel mamut, karena mengandung mutasi langka yang unik pada spesies tersebut. Penemuan RNA pengatur ini sangat penting karena menunjukkan bahwa regulasi gen yang kompleks sekalipun dapat dipertahankan selama ribuan tahun.

Implikasi untuk Penelitian Masa Depan

Dampak dari terobosan ini tidak hanya berdampak pada mamut. Kemampuan untuk memulihkan RNA kuno membuka pintu untuk mempelajari virus yang telah punah, termasuk yang tersimpan di lapisan es. Mengurutkan virus RNA seperti influenza dan virus corona dari sisa-sisa Zaman Es dapat memberikan wawasan penting mengenai evolusi dan potensi kemunculannya kembali.

Era Baru Paleogenomik

Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa molekul RNA dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Ini berarti bahwa para ilmuwan tidak hanya akan dapat mempelajari gen mana yang “dihidupkan” pada hewan yang punah, tetapi juga menyelidiki proses dinamis regulasi gen secara real time, yang dibekukan dalam sejarah kuno.

“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa molekul RNA dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Artinya, kami tidak hanya dapat mempelajari gen mana yang ‘diaktifkan’ pada berbagai hewan punah, namun juga memungkinkan untuk mengurutkan virus RNA, seperti influenza dan virus corona, yang tersimpan dalam sisa-sisa Zaman Es.” – Love Dalén, Profesor Genomik Evolusioner di Universitas Stockholm.

Penelitian di masa depan kemungkinan besar akan menggabungkan RNA purba dengan biomolekul lain yang diawetkan—DNA, protein, dan lainnya—untuk merekonstruksi gambaran komprehensif tentang kehidupan yang telah punah. Studi ini menandai momen penting, membentuk kembali pemahaman kita tentang paleogenomik dan membuka era baru dalam studi masa lalu.