Identitas kerangka era Romawi yang ditemukan di Inggris, yang dikenal sebagai Beachy Head Woman, telah diklarifikasi secara pasti melalui analisis DNA tingkat lanjut. Bertentangan dengan spekulasi sebelumnya yang menyatakan bahwa ia berasal dari Afrika atau Mediterania Timur, penelitian terbaru menegaskan bahwa ia secara genetik mirip dengan individu lain yang tinggal di Inggris Romawi dan Inggris modern.
Kesalahpahaman yang Sudah Lama Dianut
Selama lebih dari satu dekade, sisa-sisa Beachy Head Woman, yang pertama kali ditemukan pada pertengahan abad ke-20 dan ditemukan kembali pada tahun 2012, memicu perdebatan tentang nenek moyangnya. Pengamatan awal terhadap tengkoraknya membuat beberapa peneliti berhipotesis bahwa dia mungkin adalah “warga Inggris kulit hitam pertama”. Asumsi ini, yang dipicu oleh ciri-ciri fisik, mendapat perhatian di media, kalangan akademis, dan materi pendidikan. Namun, dasar klaim ini memiliki kelemahan: mengandalkan morfologi tengkorak untuk menentukan etnis adalah hal yang ketinggalan jaman dan tidak dapat diandalkan.
Terobosan Genetik
Analisis baru, yang dipimpin oleh William Marsh di Natural History Museum (NHM) di London, menggunakan teknik DNA yang canggih. Metode-metode ini mengungkapkan “afinitas genetik yang kuat” antara Wanita Kepala Pantai dan populasi pedesaan Inggris selama pendudukan Romawi (129–311 M).
Profil genetik wanita tersebut menunjukkan bahwa dia kemungkinan besar memiliki mata biru, rambut terang, dan kulit pucat hingga gelap. Yang terpenting, tidak ada bukti keturunan Afrika baru-baru ini dalam genomnya. Sebelumnya, analisis pada tahun 2017 menunjukkan asal-usul Mediterania Timur, namun hal ini juga telah dibantah oleh temuan yang lebih tepat saat ini.
Mengapa Ini Penting
Kasus ini menggarisbawahi sebuah poin penting: asumsi berdasarkan penampilan fisik rentan terhadap kesalahan. Kisah The Beachy Head Woman menyoroti betapa mudahnya metode antropologi yang ketinggalan jaman dapat menghasilkan kesimpulan yang tidak akurat. Genetika memberikan cara yang jauh lebih kuat dan obyektif untuk memahami populasi purba.
“Pengetahuan ilmiah kita terus berkembang, dan sebagai ilmuwan, tugas kita adalah terus mencari jawaban,” kata antropolog NHM Selina Brace.
Penemuan ini tidak mengurangi pentingnya keberagaman dalam sejarah Inggris, namun memperjelas bahwa kisah Wanita Kepala Pantai telah disalahartikan. Peristiwa tersebut menjadi pengingat bahwa data genetik harus selalu diprioritaskan dibandingkan interpretasi subjektif dalam merekonstruksi masa lalu.
Asal usul sebenarnya dari Wanita Kepala Pantai, yang kini terungkap melalui DNA, menunjukkan bahwa asumsi tentang nenek moyang berdasarkan penampilan saja bisa menyesatkan. Seiring kemajuan teknologi, pemahaman kita tentang sejarah manusia juga meningkat, dan kasus ini memberikan contoh mengapa penyelidikan ilmiah yang cermat sangat penting.
